BandarColi

Cerita Sex Perawan, Cerita Ngentot Terbaru, Cerita Sex ABG, Aku dan Mamaku, Cerita Sex 2018, Cerita Bokep

Thursday, February 28, 2019


CeritaDewasa - Maukan kamu mijit Bapak lagi ? Pegal2 nih kan udah seminggu? Bisa Pak, jam berapa Bapak pulang ? Sekarang? Baik Pak, tapi saya mau mandi dulu? Agak lama aku menunggu di depan pintu baru Tini membukanya. Maaf Pak, tadi baru mandi Kata Tini tergopohgopoh. Ah, penisku mulai bergerak naik. Tini mengenakan daster yang basah di beberapa bagian dan jelas sekali bentuk bulat buah kembarnya sebagai tanda dia tak memakai BH. Mungkin buruburu. Engga apaapa.

Bisa mulai ? Bisa pak saya ganti baju dulu? Hampir saja aku bilang, engga usah, kamu gitu aja. Untung tak jadi, ketahuan banget ada maksud lain selain minta pijit. Aku masuk kamar dan segera bertelanjang bulat. Terbawa suasana, penisku udah tegak berdiri. Kututup dengan belitan handuk. Pintu diketok. Tini masuk. Mengenakan rok terusan berbunga kecil warna kuning cerah, agak ketat, agak pendek di atas lutut, berkancing di depan tengah sampai ke bawah, membuatnya makin tampak bersinar. Warna roknya sesuai benar dengan bersih kulitnya.

Dada itu kelihatan makin menonjol saja. Penisku berdenyut. Siap Tin? Ya pak? Dengan hanya berbalut handuk, aku rebah ke tempat tidur, tengkurap. Tini mulai dengan memencet telapak kakiku. Ini mungkin urutan yang benar. Cara memijat tubuhku bagian belakang sama seperti pijatan pertama minggu lalu, kecuali waktu mau memijat pantat, Tini melepaskan handukku, aku jadi benar2 bugil sekarang. Wangi sabun mandi tercium dari tubuhnya ketika ia memijat bahuku. Selama telungkup ini, penisku bergantiganti antara tegang dan surut. Bila sampai pada daerah sensitif, langsung tegang. Kalau ngobrol basabasi dan serius?, surut. Kalau ngobrolnya menjurus, tegang lagi.

Depannya Pak? Dengan tenang aku membalikkan tubuhku yang telanjang bulat. Bayangkan, terlentang telanjang di depan pembantu. Penisku sedang surut. Tini melirik penisku, lagi2 hanya sekilas, sebelum mulai mengurut kakiku. Sekarang aku dengan jelas bisa melihatnya. Bayanganku akan bentuk buah dadanya di balik pakaiannya membuat penisku mulai menggeliat. Apalagi ketika ia mulai mengurut pahaku. Batang itu sudah tegak berdiri. Cara mengurut paha masih sama, sesekali menyentuh buah pelir. Bedanya, Tini lebih sering memandangi kelaminku yang telah dalam kondisi siap tempur. Kenapa Tin ? Aku mulai iseng bertanya.

Ah engga katanya sedikit gugup.?Cepet bangunnya hi ..hi..hi..? katanya sambil ketawa polos. Iya dong. Kan masih sip kata kamu? Ada bedanya lagi. Kalau minggu lalu sehabis dari paha dia terus mengurut dadaku, kali ini dia langsung menggarap penisku, tanpa kuminta ! Apakah ini tanda2 dia akan bersedia kusetubuhi ? Jangan berharap dulu, mengingatkesetiaan?nya kepada isteriku. Cara mengurut penisku masih sama, pencet dan urut, hanya tanpa kocokan.

Jadi aku tak sempatmendaki?, cuman pengin menyetubuhinya ! Udah. Benar2 masih sip, Pak? Mau coba sipnya ? kataku tiba2 dan menjurus. Wajahnya sedikit berubah. Jangan dong Pak, itu kan milik Ibu. Masa sih sama pembantu? Engga apaapa asal engga ada yang tahu aja ? Tini diam saja. Dia berpindah ke dadaku. Artinya jarak kami makin dekat, artinya rangsanganku makin bertambah, artinya aku bisa mulai menjamahnya. Antara 2 kancing baju di dadanya terdapat celah terbuka yang menampakkan daging dada putih yang setengah terhimpit itu. Aduuuhhh. Aku mampu bertahan engga nih. Apakah aku akan melanggar janjiku ? Seperti minggu lalu juga tangan kiriku mulai nakal. Kuusapusap pantatnya yang padat dan menonjol itu. Seperti minggu lalu juga, Tini menghindar dengan sopan.

Tapi kali ini tanganku bandel, terus saja kembali ke situ meski dihindari berkalikali. Lama2 Tini membiarkannya, bahkan ketika tanganku tak hanya mengusap tapi mulai meremasremas pantat itu, Tini tak berreaksi, masih asyik mengurut. Tini masih saja asyik mengurut walaupun tanganku kini sudah menerobos gaunnya mengeluselus pahanya. Tapi itu tak lama, Tini mengubah posisi berdirinya dan meraih tangan nakalku karena hendak mengurutnya, sambil menarik nafas panjang. Entah apa arti tarikan nafasnya itu, karena memang sesak atau mulai terangsang ? Tanganku mulai diurut. Ini berarti kesempatanku buat menjamah daerah dada. Pada kesempatan dia mengurut lengan atasku, telapak tanganku menyentuh bukit dadanya. Tak ada reaksi. Aku makin nekat.

Tangan kananku yang sedari tadi nganggur, kini ikut menjamah dada sintal itu. Paak Katanya pelan sambil menyingkirkan tanganku. Okelah, untuk sementara aku nurut. Tak lama, aku sudah tak tahan untuk tak meremasi buah dada itu. Kudengar nafasnya sedikit meningkat temponya. Entah karena capek memijat atau mulai terangsang akibat remasanku pada dadanya. Yang penting : Dia tak menyingkirkan tanganku lagi. Aku makin nakal. Kancing paling atas kulepas, lalu jariku menyusup. Benar2 daging padat. Tak ada reaksi. Merasa kurang leluasa, satu lagi kancingnya kulepas. Kini telapak tanganku berhasil menyusup jauh sampai ke dalam BHnya, Ah putting dadanya sudah mengeras ! Tini menarik telapak tanganku dari dadanya. Bapak kok nakal sih Katanya, dan .. tibatiba dia merebahkan tubuhnya ke dadaku.

Aku sudah sangat paham akan sinyal ini. Berarti aku akan mendapatkannya, lupakan janjiku. Kupeluk tubuhnya erat2 lalu kuangkat sambil aku bangkit dan turun dari tempat tidur. Kubuka kancing blousenya lagi sehingga BH itu tampak seluruhnya. Buah dada sintal itu terlihat naik turun sesuai irama nafasnya yang mulai memburu. Kucium belahan dadanya, lalu bergeser ke kanan ke dada kirinya. Bukan main dada wanita muda ini. Bulat, padat, besar, putih. Kuturunkan tali Bhnya sehingga putting tegang itu terbuka, dan langsung kusergap dengan mulutku.Aaahhffffhhhhh. Paaaaak? rintihnya. Tak ada penolakan.

Aku pindah ke dada kanan, kulum juga. Kupelorotkan roknya hingga jatuh ke lantai. Kulepaskan kaitan BHnya sehingga jatuh juga. Dengan perlahan kurebahkan Tini ke kasur, dada besar itu berguncang indah. Kembali aku menciumi, menjilati dan mengulumi kedua buah dadanya. Tini tak malu2 lagi melenguh dan merintih sebagai tanda dia menikmati cumbuanku. Tanganku mengusapi pahanya yang licin, lalu berhenti di pinggangnya dan mulai menarik CDnya Jangan Pak.

Kata Tini terengah sambil mencegah melorotnya CD. Wah engga bisa dong aku udah sampai pada point noreturn, harus berlanjut sampai hubungan kelamin. Engga apaapa Tin ya. Bapak pengin. Badan kamu bagus bener ? Waktu aku membuka Cdnya tadi, jelas kelihatan ada cairan bening yang lengket, menunjukkan bahwa dia sudah terangsang. Aku melanjutkan menarik CDnya hingga lepas sama sekali. Tini tak mencegah lagi. Benar, Tini punya bulu kelamin yang lebat. Kini dua2nya sudah polos, dan dua2nya sudah terangsang, tunggu apa lagi.

Kubuka pahanya lebar lebar. Kuletakkan lututku di antara kedua pahanya. Kuarahkan kepala penisku di lubang yang telah membasah itu, lalu kutekan sambil merebahkan diri ke tubuhnya. Auww. Pelan2 Pak. Sakit.!? Bapak pelan2 nih ? Aku tarik sedikit lalu memainkannya di mulut vaginanya. Bapak sabar ya. Saya udah lamaa sekali engga gini ? Ah masa ? Benar Pak? Iya deh sekarang bapak masukin lagi ya. Pelan deh..? Benar Bapak engga bilang ke Ibukan ? engga dong gila apa? Terpaksa aku pegangi penisku agar masuknya terkontrol. Kugesergeser lagi di pintu vaginanya, ini akan menambah rangsangannya.

Baru setelah itu menusuk sedikit dan pelan. Aaghhhhfff? serunya, tapi tak ada penolakan kaya tadi Sakit lagi Tin Tini hanya menggelengkan kepalanya. Terusin Pakperlahan? sekarang dia yang minta. Aku menekan lagi. AH bukan main sempitnya vagina wanita muda ini. Kugosokgosok lagi sebelum aku menekannya lagi. Mentok. Kalau dengan isteriku atau Si Ani, tekanan segini sudah cukup menenggelamkan penisku di vaginanya masingmasing.

Tini memang beda. Tekan, goyang, tekan goyang, dibantu juga oleh goyangan Tini, akhirnya seluruh batang panisku tenggelam di vagina Tini yang sempit itu. Benar2 penisku terasa dijepit. Aku menarik penisku kembali secara amat perlahan. Gesekan dinding vagina sempit ini dengan kulit penisku begitu nikmat kurasakan. Setelah hampir sampai ke ujung, kutekan lagi perlahan pula sampai mentok. Demikian seterusnya dengan bertahap menambah kecepatan. Tingkah Tini sudah tak karuan.

Selain merintih dan teriak, dia gerakkan tubuhnya dengan liar. Dari tangan meremas sampai membanting kepalanya sendiri. Semuanya liar. Akupun asyik memompa sambil merasakan nikmatnya gesekan. Kadang kocokan cepat, kadang gesekan pelan. Penisku mampu merasakan relung2 dinding vaginanya. Memang beda, janda muda beranak satu ini dibandingkan dengan isteriku yang telah kali melahirkan. Beda juga rasanya dengan Ani yang walaupun juga punya anak satu tapi sudah 30 tahun dan sering dimasuki oleh suaminya dan aku sendiri.

Aku masih memompa. Masih bervariasi kecepatannya. Nah, saat aku memompa cepat, tiba2 Tini menggerakgerakan tubuhnya lebih liar, kepalanya berguncang dan kuku jarinya mencengkeram punggungku kuatkuat sambil menjerit, benar2 menjerit ! Dua detik kemudian gerakan tubuhnya total berhenti, cengkeraman makin kuat, dan penisku merasakan ada denyutan teratur di dalam sana.

Ohh nikmatnya.. Akupun menghentikan pompaanku. Lalu beberapa detik kemudian kepalanya rebah di bantal dan kedua belah tangannya terkulai ke kasur, lemas. Tini telah mencapai orgasme ! Sementara aku sedang mendaki. Paaak ooohhhh..? Kenapa Tin ? Ooohh sedapnya ? Lalu diam, hening dan tenang. Tapi tak lama. Sebentar kemudian badannya berguncang, teratur. Tini menangis ! Kenapa Tin ? Air matanya mengalir. Masih menangis. Kaya gadis yang baru diperawani saja. saya berdosa ama Ibu? katanya kemudian Engga apaapa Tin.. Kan Bapak yang mau? Iya .. Bapak yang mulai sih.

Kenapa Pak ? Jadinya saya engga bisa menahan Aku diam saja. Saya khawatir Pak Sama Ibu ? Bapak engga akan bilang ke siapapun? Juga khawatir kalo kalo ? Kalo apa Tin ? Kalo saya ketagihan Oh jangan khawatir, Pasti Bapak kasih kalo kamu pengin lagi. Tinggal bilang aja? Ya itu masalahnya? Kenapa ? Kalo sering2 kan lama2 ketahuan ..? Yaah harus hati2 dong? kataku sambil mulai lagi menggoyang. Kan aku belum sampai. Ehhmmmmmm reaksinya. Goyang terus. Tarik ulur. Makin cepat. Tini juga mulai ikut bergoyang. Makin cepat.

Aku merasakan hampir sampai di puncak. Tin Ya Pak Bapak. hampir. sampai ? Teruus Pak? Kalo.. keluar .gimana ? Keluarin..aja Pak Engga. apaapa? Engga.. usah dicabut? Jangan.. pak . aman.. kok? Aku mempercepat genjotanku. Gesekan dinding vaginanya yang sangat terasa mengakibatkan aku cepat mencaki puncak. Kubenamkan penisku dalam2 Kusemprotkan maniku kuat2 di dalam. Sampai habis. Sampai lunglai. Sampai lemas. Beberapa menit berikutnya kami masih membisu. Baru saja aku mengalami kenikmatan luar biasa.

Suatu nikmat hubungan seks yang baru sekarang aku alami lagi setelah belasan tahun lalu berbulan madu dengan isteriku. Vagina Tini memanggurih?, dan aku bebas mencapai puncak tanpa khawatir resiko. Tapi benarkah tanpa resiko. Tadi dia bilang aman. Benarkah ? Tin Ya .. Pak? Makasih ya benar2 nikmat? Samasama Pak. Saya juga merasakan nikmat? Masa ..? Iya Pak. Ibu benar2 beruntung mendapatkan Bapak? Ah kamu ? Baner Pak. Sama suami engga seenak ini? Oh ya ? Percaya engga Pak. Baru kali ini saya merasa kaya melayanglayang ? Emang sama suami engga melayang, gitu? Engga Pak. Seperti yang saya bilang punya Bapak bagus banget? Katamu tadi.

Udah berapa lama kamu engga begini ..? Sejak.ehm.. udah 4 bulan Pak? Lho. Katanya kamu udah cerai 5 bulan? Benar ? Trus ? Waktu itu saya kepepet Pak? Sama siapa? Sama tamu. Tapi baru sekali itu Pak. Makanya saya hanya sebulan kerja di panti pijat itu. Engga tahan diganggu terus? Cerita dong semuanya? Ada tamu yang nafsunya gede banget. Udah saya kocok sampai keluar, masih aja dia mengganggu. Saya sampai tinggalin dia. Trus akhirnya dia ninggalin duit, lumayan banyak, sambil bilang saya ditunggu di Halte dekat sini, hari Sabtu jam 10.00.

Dia mau ajak saya ke Hotel. Kalo saya mau, akan dikasih lagi sebesar itu? Trus ? Saya waktu itu benar2 butuh buat bayar rumah sakit, biaya perawatan adik saya. Jadi saya mau? Pernah sama tamu yang lain ? Engga pernah Pak. Habis itu trus saya langsung berhenti? Kapan kamu terakhirmain ? Ya itu sama tamu yang nafsunya gede itu, 4 bulan lalu. Setelah itu saya kerja jadi pembantu sebelum kesini. Selama itu saya engga pernah?main?, sampai barusan tadi sama Bapak .

Enak banget barusan kali karena udah lama engga ngrasain yaPak atau emang punya Bapak siip bangethi..hi..? Polos banget anak ini. Aku juga merasakan nikmat yang sangat. Dia mungkin engga menyadari bahwa dia punya vagina yanglegit?, lengketlengket sempit, dan seret.Kamu engga takut hamil sama tamu itu ? Engga. Sehabis saya melahirkan kan pasang aiyudi (maksudnya IUD, spiral alat KB). Waktu cerai saya engga lepas, sampai sekarang.

Bapak takut saya hamil ya? Aku lega bukan main. Berarti untuk selanjutnya, aku bisa dengan bebas menidurinya tanpa khawatir dia akan hamil. Jam berapa Pak ? Jam 4 lewat 5? Pijitnya udah ya Pak. Saya mau ke belakang dulu? Udah disitu aja? kataku sambil menyuruh dia ke kamar mandi dalam kamarku. Dengan tenangnya Tini beranjak menuju kamar mandi, masih telanjang. Goyang pantatnya lumayan juga. Tak lama kemudian Tini muncul lagi.

Baru sekarang aku bisa jelas melihat sepasang buah dada besarnya. Bergoyang seirama langkahnya menuju ke tempat tidur memungut BHnya. Melihat caranya memakai BH, aku jadi terangsang. Penisku mulai bangun lagi. Aku masih punya sekitar 45 menit sebelum isteriku pulang, cukup buat satu ronde lagi. Begitu Tini memungut CDnya, tangannya kupegang, kuremas. Bapak pengin lagi, Tin? Ah nanti Ibu keburu dateng , Pak? Masih ada waktu kok? Ah Bapak nih gede juga nafsunya? katanya, tapi tak menolak ketika BH nya kulepas lagi.

Sore itu kembali aku menikmati vagina legit milik Tini, janda muda beranak satu, pembantu rumah tanggaku.. Hubungan seks kami selanjutnya tak perlu didahului oleh acara pijitan. Kapan aku mau tinggal pilih waktu yang aman (cuma Tini sendirian di rumah) biasanya sekitar jam 2 siang. Tini selalu menyambutku dengan antusias, sebab dia juga menikmati permainan penisku.

Tempatnya, lebih aman di kamarnya, walaupun kurang nyaman. Bahkan dia mulaiberani? memanggilku untuk menyetubuhinya. Suatu siang dia meneleponku ke kantor menginformasikan bahwa Uci udah berangkat sekolah dan Ade pergi less bahasa Inggris, itu artinya dia sendirian di rumah, artinya dia juga pengin disetubuhi. Terbukti, ketika aku langsung pulang, Tini menyambutku di pintu hanya berbalut handuk. Begitu pintu kukunci, dia langsung membuang handuknya dan menelanjangiku ! Langsung saja kita main di sofa ruang tamu.

CeritaDewasa - Memang setiap lakilaki sangat suka dengan keindahan tubuh wanita apalagi tubuh itu putih bersih wajah yang ayu dan manis. Cerita dewasa kali ini menceritakan sebuah lelaki yang sangat suka dengan tetangganya dan bermimpi untuk menikmati tubuh tetanggaku yang mulus itu untuk dia tiduri suatu saat nanti. Keinginan itu terjadi pula yang dia impikan sejak dulu yaitu untuk menikmati tubuh gadis itu. Kenikmatan itu merupakan sebuah kenikmatan dari abg muda, karena dia merenggut keperawan juga dari gadis itu, seperti ngentot anak perawan smp.

Siapa sich yang tidak suka dengan melihat gadis yang hot dan bahenal, pasti langsung klepekklepek dech,apalagi gadis itu yang kota sayangi. Perkenalkan dulu namaku panggil saja Hendri, usia 30 tahun, dan saat ini tinggal di sebuah perumahan sederhana (bukan real estate) di kawasan Bukit Dieng. Rumah di kompleks perumahanku tentu saja tipetipe kecil yang sebagian besar bertipe 36 dan 45. Namun dengan penghasilanku yang lumayan aku bisa membuat rumahku yang mungil menjadi terlihat indah dan asri. Boleh dibilang rumahku merupakan rumah terindah di kompleks itu.

Aku menempati rumah ini sejak lima tahun yang lalu, dulunya sendiri saja, namun sejak satu tahun lalu aku menikah dan kini tinggal berdua dengan Sari, isteriku. Sari adalah seorang wanita yang cantik dan penuh perhatian, sekilas tidak ada yang kurang darinya. Apalagi dia juga bekerja sebagai Manajer Marketing di sebuah perusahaan farmasi, jadi keluarga kami secara keuangan tidak punya masalah.

Kehidupan perkawinanku yang selama ini kuanggap bahagia itu ternyata semu belaka. Sialnya, hal itu disebabkan seperti kata pepatah di atas:Rumput tetangga selalu lebih hijau.
Aku mempunyai tetangga baru, sepasang suami isteri dengan satu anak yang masih bayi. Suaminya seorang pelaut (anak buah kapal) dan isterinya ibu rumah tangga. Pada awalnya aku tidak terlalu peduli dengan kehadiran tetangga baru itu, walaupun ketika mereka datang memperkenalkan diri ke rumah aku sedikit terpukau dengan sang isteri yang punya body seksi dan montok. Pada saat itu aku merasa keterpukauanku hanyalah hal biasa saja.
Namun waktu berkata lain. Ternyata setelah berinteraksi dengan Sherly, begitu nama tetanggaku yang montok itu, aku mulai merasa ada daya tarik yang muncul dari wanita itu. Ada beberapa kelebihan yang dimiliki Sherly namun tidak dimiliki Sari, isteriku.
Pertama tentu saja bodynya yang montok, dengan dada yang menjulang dan pantat yang besar namun padat. Walaupun Sari juga seksi, namun ukuran buah dadanya cuma 34 B. Kalau Sherly kutaksir mungkin antara 36 B atau 36 C. Apalagi pantatnya yang bahenol itu tak kalah merangsang dibanding pantatInul, membuat pria penasaran untuk meremasnya.

Kedua, wajah Sherly yang sensual. Kalau urusan cantik, pasti aku pilih Sari, namun ketika aku melihat wajah Sherly, maka aku membayangkan bintang film BF. Mungkin pengaruh dari bibirnya yang agak tebal dan matanya yang nakal. Setiap kulihat bibir itu berbicara, ingin rasanya aku merasakan ciuman dan kulumannya yang membara.
Ketiga adalah selera berbusananya, terutama selera pakaian dalamnya. Pertama kali aku melihat jemuran pakaian di belakang rumah mereka, aku langsung tertarik pada pakaian dalam Sherly yang dijemur. Model dan warnanya beraneka macam, mulai dari celana dalam warna hitam, biru, merah, hijau sampai yang transparan. Modelnya mulai dari yang biasabiasa saja sampai model Gstring. Motifnya dari yang polos sampai yang bermotif bunga, polkadot, gambar lucu sampai ada yang bergambar bibir. Wah.. Sari tidak suka seperti itu, menurutnya kampungan dan seperti pelacur jalanan. Padahal sebagai lelaki kadang kita ingin sekali bermain seks dengan perempuan jalanan.
Tiga hal itulah yang membuat aku selalu menyempatkan untuk curicuri pandang pada Sherly dan tak lupa melihat jemuran pakaiannya untuk melihat koleksi pakaian dalamnya yangjalang itu.
Suatu hari, sepulang dari kantor, aku mampir ke Supermarket dekat kompleks sekedar membeli makanan instan karena isteriku akan pergi selama dua hari ke Bandung. Tak disangka di supermarket itu aku bertemu Sherly dengan menggendong bayinya. Entah kenapa jantungku jadi berdegup keras, apalagi ketika kulihat pakaian Sherly yang bodyfit, baik kaos maupun roknya. Seluruh lekuk kemontokan tubuhnya seakan memanggil birahiku untuk naik.
Hai.. Mbak, belanja juga? sapaku.
Eh.. Mas Hendri, biasa belanja susu, jawabnya dengan senyum menghiasi wajah sensualnya.
Memang sudah enggak ASI ya? tanyaku.
Wah.. Susunya cuma keluar empat bulan saja, sekarang sudah tidak lagi.
Hmm.. Mungkin habis sama Bapaknya kali ya.. Hahaha.. candaku.
Sherly juga tertawa kecil, Tapi enggak juga, sudah dua bulan bapaknya enggak pulang.
Berat enggak sih Mbak, punya suami pelaut, sebab saya yang ditinggal isteri cuma dua hari saja rasanya sudah jenuh.
Wah.. Mas baru dua hari ditinggal sudah begitu, apalagi saya. Bayangkan saya cuma ketemu suami dua minggu dalam waktu tiga bulan.
Aku merasa gembira dengan topik pembicaraan ini, namun sayang pembicaraan terhenti karena bayi Sherly menangis. Ia kemudian sibuk menenangkan bayinya.
Apalagi setelah punya bayi, tambah repot Mas, katanya.
Kalau begitu biar saya bantu bawa belanjaannya, aku mengambil keranjang belanja Sherly.
Terima kasih, sudah selesai kok, saya mau bayar terus pulang.
Ohh.. Ayo kita samasama, kataku.
Aku segera mengambil inisiatif berjalan lebih dulu ke kasir dan dengan sangat antusias membayar semua belanjaan Sherly.
Lho kok..sudah dibayar? Berapa? Nanti saya ganti, kata Sherly kaget.
Ah.. Sedikit kok, enggak apa sekalikali saya bayarin susu bayinya, siapa tahu dapat susu ibunya, hahaha.., aku mulai bercanda yang sedikit menjurus.
Ihh.. Mas Hendri!.jahat deh jerit Sherly malumalu. Namun aku melihat tatapan matanya yang seakan menyambut canda nakalku.
Kami berjalan menuju mobilku, setelah menaruh belanjaan ke dalam bagasi aku mengajaknya makan dulu. Dengan malumalu Sherly mengiyakan ajakanku.
Kami kemudian makan di sebuah restauran makanan laut di dekat kompleks. Aku sangat gembira karena semakin lama kami semakin akrab dan Sherly juga mulai berbaik hati memberikan kesempatan padaku untuk ngelaba. Entah siapa yang memulai duluan tapi semakin lama kami tampak seperti sepasang kekasih yang sedang melepas rindu. Tampaknya Sherly jadi semakin nyaman dan memberiku akses masuk jauh lebih dalam. Mulai dari posisi duduknya yang sedikit mengangkang sehingga aku dengan mudah melihat kemulusan paha montoknya dan tatkala usahaku untuk melihat lebih jauh ke dalam ia seakan memberiku kesempatan. Ketika aku menunduk untuk mengambil garpu yang dengan sengaja aku jatuhkan, Sherly semakin membuka lebar kedua pahanya. Jantungku berdegup sangat kencang
melihat pemandangan indah di dalam rok Sherly. Di antara dua paha montok yang putih dan mulus itu aku melihat celana dalam Sherly yang berwarna orange dan.. Brengsek, transparan!
Dengan cahaya di bawah meja tentu saja aku tak dapat dengan jelas melihat isi celana dalam orange itu, tapi itu cukup membuatku gemetar dibakar birahi. Saking gemetarnya aku sampai terbentur meja ketika hendak bangkit.
Hihihi.. Hatihati Mas.ntar ada yang benjol lho, celoteh Sherly dengan nada menggoda.
Aku memandang wajah Sherly yang tersenyum nakal padaku, kuberanikan diri memegang tangannya dan ternyata Sherly menyambutnya.
Hmm.. Maaf, saya cuma mau bilang kalau Mbak Sherly.. Seksi sekali, dengan malumalu akhirnya perkataan itu keluar juga dari mulutku.
Terima kasih, Mas Hendri juga.. Hmm.. Gagah, lucu dan terutama, Mas Hendri pria yang paling baik yang pernah saya kenal.
O ya?, aku tersanjung juga dengan rayuannya, Garagara saya traktir Mbak?
Bukan cuma itu, saya sering memperhatikan Mas di rumah, dan dari cerita Mbak Sari, Mas Hendri sangat perhatian dan rajin membantu pekerjaan di rumah, wah.. Jarang lho Mas, ada pria dengan status sosial seperti Mas yang sudah mapan dan berpendidikan namun masih mau mengerjakan pekerjaan rumah.
Hahaha.. aku tertawa gembira, Rupanya bukan cuma saya yang memperhatikan kamu, tapi juga sebaliknya.
Jadi Mas Hendri juga sering memperhatikan saya?
Betul, saya paling senang melihat kamu membersihkan halaman rumah di pagi hari dan saat menjemur pakaian.
Eh.. Kenapa kok senang?.
Sebab saya mengagumi keindahan Mbak Sherly, juga selera pakaian dalam Mbak, aku berterus terang.
Pembicaraan ini semakin mempererat kami berdua, seakan tak ada jarak lagi di antara kami. Akhirnya kami pulang sekitar jam 8 malam. Dalam perjalanan pulang, bayi Mbak Sherly tertidur sehingga ketika sampai di rumah aku membantunya membawa barang belanjaan ke dalam rumahnya.
Mbak Sherly masuk ke kamar untuk membaringkan bayinya, sementara aku menaruh barang belanjaan di dapur. Setelah itu aku duduk di ruang tamu menunggu Sherly muncul. Sekitar lima menit, Sherly muncul dari dalam kamar, ia ternyata sudah berganti pakaian. Kini wanita itu mengenakan gaun tidur yang sangat seksi, warnanya putih transparan. Seluruh lekuk tubuhnya yang montok hingga pakaian dalamnya terlihat jelas olehku.
Tak seperti di bawah meja sewaktu di restoran tadi, kini aku dapat melihat dengan jelas celana dalam orange transparan milik Sherly. Sungguh indah dan merangsang, terutama warna hitam di bagian tengahnya, membayangkannya saja aku sudah berkalikali meneguk ludah.
Hmm.. Tidak keberatan kan kalu saya memakai baju tidur?, tanya Sherly memancing.
Sudah sangat jelas kalau wanita ini ingin mengajakku selingkuh dan melewati malam bersamanya. Kini keputusan seluruhnya berada di tanganku, apakah aku akan berani mengkhianati Sari dan menikmati malam bersama tetanggaku yang bahenol ini.
Sherly duduk di sampingku, tercium semerbak aroma parfum dari tubuhnya membuat hatiku semakin bergetar. Keadaan kini ternyata jauh di luar dugaanku. Kemarinkemarin aku masih merasa bermimpi jika bisa membelai dan meremasremas tubuh Sherly, namun kini wanita itu justru yang menantangku.
Mas Hendri mau mandi dulu? Nanti saya siapkan air hangat, tanya Sherly sambil menggenggam tanganku erat.
Dari sorotan matanya sangat terlihat bahwa wanita ini benarbenar membutuhkan seorang lakilaki untuk memuaskan kebutuhan biologisnya.
Hmm.. Sebelum terlalu jauh, kita harus membuat komitmen dulu Mbak, kataku agak serius.
Apa itu Mas?
Pertama, terus terang aku mengagumi Mbak Sherly, baik fisik maupun pribadi, jadi sebagai lakilaki aku sangat tertarik pada Mbak, kataku.
Terima kasih, saya juga begitu pada Mas Hendri, Sherly merebahkan kepalanya di pundakku.
Kedua, kita samasama sudah menikah, jadi kita harus punya tanggung jawab untuk mempertahankan keutuhan rumah tangga kita, apa yang mungkin kita lakukan bersamasama janganlah menjadi pemecah rumah tangga kita.
Setuju, saya sangat setuju Mas, saya hanya ingin punya teman saat saya kesepian, kalau Mas Hendri mau kapanpun Mas bisa datang ke sini, selagi tidak ada suami saya. Tapi saya sekalipun tidak akan meminta apapun dari Mas Hendri, dan sebaliknya saya juga ingin Mas Hendri demikian pula, sehingga hubungan kita akan aman dan saling menguntungkan.
Hmm.. Kalau begitu tak ada masalah, saya mau telpon ke rumah, supaya pembantu saya tidak kebingungan.
Kalau begitu, Mas Hendri pulang saja dulu, taruh mobil di garasi, kan lucu kalau Mas Hendri bilang ada acara sehingga tidak bisa pulang, sementara mobilnya ada di depan rumah saya.
Oh.. Iya, hampir saya lupa.
Aku segera keluar dan pulang dulu ke rumah, menaruh mobil di garasi dan mandi. Setelah itu aku mau bilang pada pembantuku kalau aku akan menginap di rumah temanku. Namun tidak jadi karena pembantuku ternyata sudah tidur.
Aku segera datang kembali ke rumah Sherly. Wanita itu sudah menungguku di ruang tamu dengan secangkir teh hangat di atas meja. Pahanya yang montok terpampang indah di atas sofa.
Wah.. Ternyata mandi di rumah ya? Padahal saya sudah siapkan air hangat.
Terima kasih, Mbak Sherly baik sekali.
Wanita itu berjalan menutup pintu rumah, dari belakang aku memandang kemontokan pantatnya yang besar dan padat. Kebesaran pantat itu tak mampu dibendung oleh celana dalam orange itu, sehingga memperlihatkan belahannya yang merangsang. Seperti tak sadar aku menghampiri Sherly, lalu dengan nakal kedua tanganku mencengkeram pantatnya, dan meremasnya.
Uhh.., Sherly agak kaget dan menggelinjang.
Maaf, kataku.
Tidak apaapa Mas, justru.. Enak, kata Sherly seraya tersenyum nakal memandangku. Senyum itu membuat bibir sensualnya seakan mengundangku untuk melumatnya.
Crup..!, aku segera menciumnya, Sherly membalasnya dengan nafsu.
Aku tak tahu sudah berapa lama bibir itu tak merasakan ciuman lakilaki, yang jelas ciuman Sherly sangat panas dan mahir. Berkalikali wanita itu nyaris menggigit bibirku, lidahnya yang basah meliukliuk dalam rongga mulutku. Aku semakin bernafsu, tanganku menjalar di sekujur tubuhnya, berhenti di kemontokan pantatnya dan kemudian meremasremas penuh birahi.
Ohh.. Ergh..masssss, lenguh Sherly di selasela ciuman panasnya.
Dengan beberapa gerakan, Sherly meloloskan gaun tidurnya hingga terjatuh di lantai. Kini wanita itu hanya mengenakan Bra dan CD yang berwarna orange dan transparan itu. Aku terpaku sejenak mengagumi keindahan pemandangan tubuh Sherly.
Wowww.. Kamu.. Benarbenar seksi Mbak, pujiku ,Buah dada Mbak besar sekali
Hihihi.. Punya Sari kecil ya? Paling 34 A, iya kan? Nah coba tebak ukuran saya?, tanyanya seraya memegang kedua buah melon di dadanya itu.
36 B, jawabku.
Salah
36 C.
Masih salah, sudah lihat aja nih.., Sherly membuka pengait Branya, sehingga kedua buah montok itu serasa hampir mau jatuh. Ia membuka dan melempar bra orange itu kepadaku.
Gila.. 36 D!, kataku membaca ukuran yang tertera di bra itu.
Boleh saya pegang Mbak?, tanyaku basabasi.
Jangan cuma dipegang dong Mas, remas.. Dan kulum nih.. Putingnya, kata Sherly dengan gaya nakal bagaikan pereks jalanan.
Wanita itu menjatuhkan tubuh indahnya di atas sofa, aku memburunya dan segera menikmati kemontokan buah melonnya. Kuremasremas dua buah dada montok itu, kemudian kuciumi dan terakhir kukulum puting susunya yang sebesar ibu jari dengan sekalikali memainkannya di antara gigigigiku. Sherly menggelinjanggelinjang keenakan, napasnya semakin terdengar resah, berkalikali ia mengeluarkan katakata jorok yang justru membuatku semakin bernafsu.
Ngentot yuukk massss..ahhhh enak banget Mas.. jeritnya, Ayo Mas.. Saya sudah kepingin kontol nih!.
Aku menatapnya, meminta kepastian. Ia mengangguk. Ketika ia menciumku ketiga kali, aku membalas. Masa bodoh dengan si Hendra suaminya, pikirku. Kalau ada kesempatan kenapa tidak dimanfaatkan? Kami berpagutan lama. Bibirnya seperti tidak puaspuasnya menyedot, menggigitgigit bibirku. Lidahnya liar berkalikali memasuki mulutku. Aku membalasnya dengan kegairahan yang sama. Terus tangannya berkeliaran kesanasini sampai ke selangkanganku dan menangkap bendaku yang mulai mengeras. Ia kaget dan berhenti mengulum bibirku.
Nggak pakai CD ya? tanyanya kaget. Alisnya mengerut.
Sengaja jawabku seenaknya. Ia kembali memagutku dengan ganas sambil memasukkan tangan kirinya ke dalam celanaku, meremas batangku dengan gemas. Lalu mengelusnya lembut. Ia berhenti lagi.
Punya Mas besar banget bisiknya.
Gede mana dengan punya Mas Hendra?
Gedean ini. Lagian lebih panjang.
Kami tertawa dan meneruskan pagutan kami. Giliran aku yang bekerja sekarang. Aku selangkangannya dengan tangan kananku. Ternyata kancing dan resleting celana jeansnya telah terbuka. Aku terus saja menerobos kedalam celana dalamnya. Kurasakan bulu kemaluannya kriting dan lebat menyentuh lembut telapak tanganku. Jariku menyentuh klitorisnya, lalu menggosoknya berputar. Ia semakin bergairah. Ciuman kami semakin ganas. Lalu kugunakan jariku untuk mengelus celah vaginanya diantara bibir dua vaginanya yang menyembul indah, sambil mencari lubangnya. Kata orang, bibir vagina yang gembul ini menimbulkan rasa yang lebih nikmat terhadap zakar disetubuhi. Ketika jariku menemukan lubangnya, kurasakan sudah ada cairan yang membasahinya. Aku mencoba menusuknya dengan satu jari. Bibir Sherly jadi terbuka merasakan kenikmatannya.
Ahh.. katanya Lalu memagutku kembali.
Aku lalu memaju mundurkan jariku yang mulai basah oleh cairan vaginanya. Tangannya jadi semakin keras mengurut kermaluanku. Tibatiba ia berhenti. Lalu berdiri dan membuka seluruh pakaiannya sampai celana dalamnya sehingga bugil. Akupun tak mau ketinggalan. Kubuka seluruh pakaianku, sehingga ketika celana dalam kuperosotkan, batang kemaluanku menyembul keras. Sherly tertawa melihatnya.
Hebat.. Katanya.
Ia lalu berbaring telentang dan mengajakku naik diatasnya. Aku menatapnya penuh nafsu. Jantungku terus berdegup kencang. Nafaskupun sudah memburu. Tubuhnya langsing, putihmulus dan padat. Payudaranya besar dan kencang. Mimpi apa aku semalam sehingga dapat rejeki nomplok begini. Tanpa nunggu waktu akupun naik ke atasnya. Ia membuka kakinya dan seketika terlihat vaginanya yang berwarna kecoklatan ditengah bulu lebatnya, membuka untukku. Aku memeluknya erat dan bibirku kembali mengulum bibirnya. Ia menyambutnya dengan nafsu yang sama. Dengan satu tangan ia memegang batang zakarku yang sudah tegak dan membimbingnya ke arah vaginanya. Tiba di mulut vaginanya aku mendorongnya perlahan.
Ahh.. Desahnya.
Teruss hh.. Punyamu besar.. owww.. enak
Kulihat mata Sherly setengah membuka. Nampaknya ia amat menikmati persetubuhan ini. Aku menekan lagi. Baru setengahnya aku cabut. Tapi tangannya yang satu menekan pantatku. Lalu kedua kakinya melingkari pinggangku. Lengkap sudah. Aku memasukkan zakarku kembali dan mendorongnya lebih kuat. Dua pertiga masuk. Kucabut. Lalu kumasukkan lagi dengan tekanan yang lebih kuat. Akhirnya batangku amblas ditelan vaginanya. Tak terkatakan rasa nikmat yang kudapatkan. Aku menciumi wajah bibir dan dadanya. Kuhisap dengan ganas. Kadangkadang kupelintir puting susu yang agak kehitaman itu dengan bibirku dan ia mengerang nikmat.
Ahh.. aw.. Ohh.. ohh. Cabut dong.
Ahh.. Aku cuma mendesah nikmat.
Aku mulai menarik batangku. Ia mengerang. Lalu kutekan lagi. Akhirnya dengan lancar kukayuh batangku mengocok vaginanya. Terdengar suara keplokan saat selangkangan kami beradu. Sherly mengerangngerang tiada henti.
Awww.. ahh ..owww.. eenakk.. aduhh.. teruss..shh..uhh.. uhh.. awww..
Aku merasakan batangku diurut oleh vaginanya yang kencang itu. Geli dan enak. Tak terkira nikmatnya. Dan aku masih saja menggenjot ketika ia menurunkan kedua kakinya ke kasur. Dengan bertumpu pada pijakan kakinya ia menggoyang pinggulnya berputarputar mengikuti ayunan batangku keluar masuk Saking nikmatnya. Luar biasa. Penisku terasa dipelintir.
Enghh.. Gila kamu Mas, kalau begini sebentar saja saya puas, jerit Sherly keenakan.
Tak apa Mbak, silahkan orgasme, kan masih ada babak selanjutnya, tantangku. Kini kutambah rangsangan dengan meremas dan memilin puting susunya yang besar.
Ohh.. Ohh.. Benarbenar enak Mas, Sherly memejamkan matanya.
Si Cantik ini rupanya tahu cara menciptakan kenikmatan dan kepuasan bagi lakilaki. Sayang sekali Hendra terlalu sibuk dengan pekerjaannya sehingga tidak dapat memenikmatinya setiap saat. Kalau aku jadi dia, mendingan cari kerja lain yang bisa pulang sore dan menikmatinya. Sambil menggoyang pinggulnya ia menarik tangan kananku untuk meremas dada kirinya. Sedangkan dada kanannya masih dalam mulutku. Kuhisap mesra dan kutariktarik dengan bibirku. Tibatiba goyangannya berubah semakin kencang. Tangannya pun pindah ke rambutku dan menariknarik dengan Sarir. Mulutnya semakin keras mengerang. Nafasnya semakin memburu. Keringatnya semakin banyak. Rupanya ia hampir orgasme. Akupun ingin keluar. Aku tidak tahu kenapa secepat ini. Biasanya aku bisa bertahan lama. Mungkin karena udara dingin. Atau mungkin karena aku mendapatkan bidadari yang mau memuaskan nafsuku.
Ahh.. teruss.. cepatt.. cepetiin.. awww.. ahh ..owww.. mass sstt.. aku..
Yahh.. ohh.. iyaahh.. ituu.. ahh.. keluarr.. aww!
Serr.. serr.. Terasa batangku tersiram cairan hangat dalam vaginanya. Ia menyemprotkan air maninya begitu kencang. Badannya mengejang dan memelukku sangat kencang. Aku menghentikan enjotanku sebentar dan membenamkan seluruh batangku dalam saking nikmatnya. Terjepit diantara bibir vaginanya dan ditambah gairah yang semakin membara, aku pun tidak tahan lagi.
Huhh.. ahh.. ohh..
Serr! Serr! Serr! Air maniku menyembur diujung lubang vaginanya yang terdalam. Aku memeluknya sekuat tenagaku. Bibirku pun mengenyot bibirnya. Ia membalasnya. Kenikmatanku telah mencapai puncaknya. Keringat membasahi tubuh kami di tengah cuaca dingin tengah malam. Aku terhempas di atas tubuhnya. Lemas.
Enak mass? bisik Sherly.
Bukan enak tapi.. nikmat. balasku sambil mencium telinganya.
Ia tertawa dan balas mencium pipiku. Kami terdiam agak lama, menikmati sisa persetubuhan kami. Batangku mulai mengerut tapi masih tertanam dalam vaginanya.
Aku haus.. katanya.
Ayo..
Bisikku, aku juga kepingin minum.
Dengan hanya memakai selimut kami ke dapur. Selesai minum kami tidak kembali ke kamar. Ia mengajak duduk di sofa, lalu sambil menyenderkan badannya ke badanku ia menyalakan televisi. Tapi tengah malam begini mana ada TV yang siaran? Akhirnya TV pun dimatikan. Ia menoleh padaku dan tersenyum. Aku mendaratkan ciuman lembut di bibirnya yang ranum. Ia membalasnya dengan ganas. Kamipun saling mengulum, menggesekkan bibir kami, saling menyedot lidah lawan.
Desahan Sherly mulai keras dan ia kini membelai punggungku dengan tangannya. Terkadang ia membelai rambutku dan memegang kepalaku. Mulutku lalu turun keperutnya, bulu kemaluannya dan akhirnya berhenti tepat di depan kemaluannya. Kuperhatikan bentuk kemaluannya, indah sekali. Kelentitnya berwarna kecoklatan berada di ujung atas celah vagina, dibawah rambut kemaluannya yang ikal dan lebat. Sedangkan disisi celah vagina itu dua bukit daging menyembul seakan melindungi celah itu. Perfect! pikirku. Bisa jadi kemaluanku tadi merasakan nikmat bukan kepalang karena rupanya kedua bukit ini ikut menjepitnya. Kuangkat kedua lututnya ke atas kedua punggungku. Kukecup vagina itu dengan mesra lalu kujilat celah itu dari bawah ke atas. Terasa ada cairan membasahi bibir dan lidahku. Agak asin rasanya. Aku malah semakin bergelora menjilat, mengulum dan mengecup kemaluannya. Kadangkadang kelentitnya kutariktarik dengan mulutku. Sherly nampaknya tidak menduga hal ini kulakukan.
Awww..sssshhhhhh ia menjerit keenakan dan kepalanya terkulai di senderan sofa, menggeleng kiri dan kanan.
Tangannya menekan kepalaku. Aku menarik kedua bukit daging vaginanya dengan jari tanganku dan terlihatlah lubang kecil disebelah bawahnya, sementara celahnya terbuka dan berisi daging kemerahan. Aku memasukkan lidahku kedalamnya dan kupelintir. Badan Sherly bergetar hebat sambil merintih tertahan.
Ahh.. terusshh.. awww.. Nikmaat.. aahh.. Ahh..
Aku terus menjilati dan memutarmutar lidahku pada lubang kemaluannya. Terkadang jarikupun ikut partisipasi, menusuknusuk lubang itu. Lamakelamaan lidah dan mulutku terasa pegal. Kuangkat kepalaku dan bergerak keatas mencium bibir Sherly. Ia menyambutnya dengan ganas. Cairan yang berasal dari vaginanya kini membasahi juga bibir dan pipinya. Aku berusaha membimbing kemaluanku dengan tangan kanan, tapi Sherly menahan dadaku dengan tanggannya, pertanda ia belum mau memulai. Ia memintaku duduk bersender, kemudian ia berlutut dihadapanku. Lalu dengan cepat ia mencengkeram kemaluanku yang juga sudah basah oleh cairan, lalu dikocoknya. Ia mengulurkan lidahnya ke arah kepala batangku yang sudah mulai tegang lagi, dan menjilatinya. Lalu seluruh batangkupun dijilatinya turun naik.
Dimasukkan batangku kedalam mulutnya sedikit sehingga hanya kepalanya saja yang ada dalam mulutnya. Ia mengenyotnya seperti es krim dan memutarmutar kepalanya. Aku terpana dalam kenikmatan. Tidak disangka cewek cantik dan sopan tetanggaku ini bisa fantastis dalam soal sex. Ia pasti pernah nonton film blue, karena adegan semacam itu hanya ada dalam film semacamnya. Aku semakin merasa keenakan ketika ia memasukkan seluruh batangku kedalam mulutnya dan menghisaphisapnya. Kepalanya turunnaik mengikuti kulumannya. Ia mendesahdesah dan pantatnya ikut bergoyang. Rupanya ia juga memainkan kelentit dan vaginanya dengan tangan kiri. Merasa tidak tahan aku menarik tubuhnya ke atas dan merapatkan kedua pahaku agar ia duduk mengangkangiku. Kugeser dudukku agak kebawah sehingga kemaluanku yang sudah tegang tepat berada dibawahnya. Ia meletakkan kedua lututnya di sofa dan merendahkan posisinya. Dengan tangan kirinya ia membimbing kemaluanku masuk kedalam vaginanya. Dengan memegang kedua pantatnya yang kencang itu aku menekan ke atas.
Batangku mulai masuk sedikitdemi sedikit. Lubang vagina terasa menjepit kemaluanku. Rasa nikmat luar biasa menyelimuti tubuhku. Kini batangku sudah tertelan semua dan terasa ujungnya menyentuh dasar vaginanya. Sherly menggoyangkan pantatnya ke kiri dan kanan, semacam isyarat agar aku mulai mengayuhnya. Dengan kedua tanganku kuangkat pantatnya perlahan, lalu kuturunkan lagi. Masih terasa sempit, tapi kali ini sudah licin oleh cairan yang keluar dari kedua alat kami. Tak lama kemudian batangku dengan lancar keluar masuk pintunya, diringi suara erangan Sherly yang mulai keras. Deru nafasku pun mulai memacu. Betapa nikmat bersenggama di malam dingin seperti ini, dengan suara rintik hujang masih menemani enjotanku. Sambil mengayunkan pantatnya, aku mulai menyedot puting payudara Sherly yang dari tadi menganggur. Kusedot dengan penuh nafsu. Terkadang Sherly membantunya dengan meremas payudaranya sendiri dari arah tepi. Aku menghentikan ayunanku dan memintanya turun. Lalu kubalikkan badannya agar membelakangiku. Lalu dengan kakinya yang terbuka mengangkangiku kuturunkan tubuhnya.
Ia membantu menuntun kemaluanku dengan tangan kirinya ke arah lubangnya. Lalu bless.. dengan mudah batangku masuk kedalam sarang nikmatnya. Aku merasa geli campur nikmat. Batangku menggesek dinding vaginanya sangat terasa. Mungkin karena posisi zakarku dan lubang vaginanya yang berbalik bengkoknya. Ia menarik pantatnya ke atas perlahan, lalu menurunkannya dengan cepat. Bless.. Begitu seterusnya. Karena semakin cepat, terdengar suara kecipak dengan keras tanda selangkangan kami beradu. Mulut Sherly pun tak hentihentinya merintih.
Ahh.. terusshh.. ahh.. yaach.. begitu.. hh .. awww..
Dengan tangan kanan aku meraih ke depan selangkangannya dan menggelitiki kelentitnya yang turun naik bersama tubuhnya. Sedangkan tangan kiriku meremas payudara kirinya.
Yachh.. begituu.. aww .. aku hh.. nggak.. tahan.. nnhh.. ohh.. enaak.. maas..
Aku terus mengayuhnya tanpa menghiraukan rintihannya. Keringat telah mengucur dari tubuh kami membasahi sofa. Padahal cuaca dingin seakan mengiringi kenikmatan kami berdua.
Mas? hh..
Ya sayang.
Aku hh.. pegal.. ohh
Serentak aku stop ayunanku dan memintanya berdiri. Akupun berdiri dan memintanya menghadap sofa. Lalu kurtekan punggungnya agar ia berpegangan pada sandaran sofa. Dengan meletakkan lututnya di sofa, ia menungging di hadapanku. Aku berlutut di di belakangnya, memandangi vaginanya. Aduhai, indah nian pantat perempuan ini, putih, mulus dan kencang dengan lipatan vagina yang montok tepat di depan mukaku. Aku mencium vagina itu dan menjilatinya sepuasku. Terkadang kelentitnya kukulum mesra.
Puas menjilatinya aku berdiri lagi. Dengan perlahan kutuntun batangku menuju sarungnya. Sambil memegang pinggangnya, aku menekan kedepan dan dengan sekejap batangkupun sudah tenggelam. Kukayuh dengan santai dan berirama. Sherly mengikutinya dangan memajumundurkan pantatnya. Terkadang ia memutarnya. Terasa sekali kulit zakarku menggesek dinding vagina bawahnya sehingga rasa geli dan nikmat semakin meningkat. Terdengar suara plok.. plok.. akibat pantatnya memukul perutku.
Ahh .. ooh.. sshh .. uuhh.. awww.. nikmaat..hh .. terus..mass..
Sambil merintih begitu Sherly meraih tanganku dan mengantarnya ke dadanya. Secara otomatis aku meremasnya, memutarnya dan memelintir putingnya. Badan Sherly berguncang hebat, tanda ia menikmati sekali persetubuhan ini. Aku menghentikan sebentar ayunanku dan berdiri tegak tanpa
melepaskan kemaluanku dari lubang enaknya. Lalu kurapatkan kedua pahanya dan kini aku yang mengangkang. Dengan posisi seperti ini Saring vagina Sherly jadi semakin sempit. Aku semakin bernafsu menggenjotnya. Terasa zakarku dipilinpilin semakin nikmat. Nampaknya Sherly juga begitu. Tapi posisi seperti itu tidak lama kami lakukan karena Sherly keburu merasa pegal.
Akhirnya kami merubah posisi lagi. Ia duduk bersenderkan senderan sofa menghadapku dengan kaki yang dibuka lebar. Terlihat vaginanya yang sudah kecoklatan, kencang dan tegang dengan cairan yang membasahi sofa. Aku berlutut dihadapannya dan dengan satu tangan aku menuntun jagoanku ke arah lawannya. Bless.. ia masuk lagi dengan gagah. Sherly merintih panjang.
Ahh.. ah..ah..ah!
Secara refleks ia melingkarkan kedua kakinya ke pinggangku. Lalu ia mengangkat kakinya keatas dibantu kedua tangannya yang memegang kedua bawah lututnya, sehingga pahanya menyentuh perutnya. Terasa vaginanya membuka lebar. Batang zakarku semakin lancar saja keluar masuk lubang nikmatnya. Dengan posisi ini zakarku keluar masuk dengan lancar. Tetapi karena posisi berlututku lebih tinggi dari pantatnya, bagian atas batangku jadi menggesek kencang dinding luar atas vaginanya, bahkan sering menggesek klitorisnya. Sherly jadi semakin blingsatan keenakan. Ia mengerang hebat. Kepalanya menggeleng ke kiri dan kanan.
Ahh.. aw! Aw! Aw! terusshh.. Iyaa.. Ituu.. teruuss.. oh! Oh! Oh! aahh..!
Dengan menumpukan pada kedua tanganku ke sofa, aku berusaha menangkap bibirnya dengan bibirku. Ia menerkamnya dan memelukku. Bibirku digigitgigitnya ganas. Lidahnya dengan liar memasuki mulutku. Terkadang ia mengenyot bibirku dengan rakus.
Mass.. aduhh.. enakh..
Cepetinn.. dongh.. aku mau.. keluarrhh aw! Aw! Aw! Ohh.. Ah! ah!
Aku juga.. ahh.. ahh! sahutku sambil mempercepat goyanganku.
Ia pun semakin bergairah memutar pantatnya. Jari tangannya menjenggutjenggut rambutku hingga kusut.
Ahh.. ahh.. aahh.. aahh..
Hiyah.. hiyah.. yahh.. aahh
Serr.. serr.. ser! Ser! Dengan sepenuh tenaga kuhunjamkan zakarku. Sekali. Dua kali. Bersamaan dengan itu Sherly memelukku dengan erat. Badannya mengejang. Bibirnya merenggut ganas bibirku dan menyedotnya denan rakus.
Mmmff.. mmff.. ahhmm..
Hanya itu yang keluar dari mulut kami. Aku tumbang di atas badan empuk Sherly. Ia memelukku erat. Zakarku banyak sekali menyemprotkan air mani. Begitu banyaknya, aku tidak bisa membedakan lagi mana yang berasal dari dalam vagina Sherly. Semua bercampur dalam puncak kenikmatan orgasme kami. Keringat, air mani, ludah dan cairan lainnya. Sulit untuk melukiskan kenikmatan yang kami alami, di malam buta, demgam rintik hujan masih turun dan cuaca puncak yang dingin, seakan ingin menambahkan kenikmatan bagi kami berdua..
Mas?!
Hmm..
Mas..?!
Ya sayang..?!
Aku menatapnya. Ia tersenyum, tapi ada linangan air mata di pipinya. Aku mengusapnya. Aku baru mau mengucapkan sesuatu, tapi ia menutup bibirku dengan jari tangan kanannya. Lalu bibirnya mengecup bibirku, lembut.
Aku bahagia..
Tidur yuk? Udah jam dua
Gendong aku dong..
Aku coba ya?agen sakong terpercaya
Setelah membersihkan masingmasing kemaluan kami, dengan telanjang bulat aku mencoba menggendongnya ke kamar, dalam keadaan bugil pula. Ia ketawa cekikikan ketika kucium dadanya. Ia menggeleng manja ketika ia akan kuletakkan di tempat tidur sebelahku. Akhirnya badannya yang montok itu kutaruh perlahan di tempat tidur. Tangannya masih menggayut leherku ketika aku hendak mengambil selimut, seakan tidak ingin kehilanganku sesaatpun. Akhirnya kamipu ter tidur di kasurnya, meskipun agak sempit. Dengan kaki kanan yang menaiki perutku, ia tidur disisi kananku dengan kepala terkulai didadaku. Aku membelai rambutnya dan pikiranku menerawang, menikmati sisasisa persenggamaan tadi.

CeritaDewasa - Pak Vito adalah ketua RT di daerah tempat aku tinggal. Ia sering datang ke rumahku untuk keperluan menagih iuran daerah dan biaya air ledeng. Dia adalah seorang pria berusia sekitar 50 tahunan dan mempunyai dua istri. Benar kata orang bahwa dia ini seorang bandot tua, buktinya ketika di rumahku kalau aku lewat di depannya, seringkali matanya jelalatan menatap padaku seolaholah matanya tembus pandang ke balik pakaianku. Bagiku sih tidak apaapa, aku malah senang kalau tubuhku dikagumi lakilaki, terkadang aku memakai baju rumah yang seksi kalau lewat di depannya. Aku yakin di dalam pikirannya pasti penuh halhal yang jorok tentangku.

Pada suatu hari aku sedang di rumah sendirian. Aku sedang melakukan fitness untuk menjaga bentuk dan stamina tubuhku di ruang belakang rumahku yang tersedia beberapa peralatan fitness. Aku memakai pakaian yang enak dipakai dan menyerap keringat berupa sebuah kaus hitam tanpa lengan dengan belahan dada rendah sehingga buah dadaku yang montok itu agak tersembul keluar terutama kalau sedang menunduk apalagi aku tidak memakai BH, juga sebuah celana pendek ketat merk Nike yang mencetak pantatku yang padat berisi. Waktu aku sedang melatih pahaku dengan sepeda fitness, tibatiba terdengar bel berbunyi, segera saja kuambil handuk kecil dan mengelap keringatku sambil berjalan ke arah pintu. Kulihat dari jendela, ternyata Pak Vito yang datang, pasti dia mau menagih biaya ledeng, yang dititipkan ayah padaku tadi pagi.

Kubukakan pagar dan kupersilakan dia masuk.
Silakan Pak duduk dulu ya, sambil nunggu saya ambil uangnya senyumku dengan ramah sambil mempersilakannya duduk di ruang tengah.
Kok sepi sekali Dik, kemana yang lain?
Papa hari ini pulangnya malam, tapi uangnya udah dititip ke saya kok, Mama juga lagi arisan sama temantemannya.
Seperti biasa matanya selalu saja menatapi tubuhku, terutama bagian dadaku yang agak terlihat itu. Aku juga sadar kalau dadaku sempat diintip olehnya waktu menunduk untuk menaruh segelas teh untuknya.

Minum Pak, tawarku lalu aku duduk di depannya dengan menyilangkan kaki kananku sehingga pahaku yang jenjang dan putih itu makin terlihat.
Nuansa mesum mulai terasa di ruang tamuku yang nyaman itu. Dia menanyaiku sekitar masalah anak muda, seperti kuliah, hoby, keluarga, dan lainlain, tapi matanya terus menelanjangiku.
Dik Citra lagi olah raga yah, soalnya badannya keringatan gitu terus mukanya merah lagi katanya.
Iya nih Pak, biasa kan cewek kan harus jaga badan lah, cuma sekarang jadi pegel banget nih, pengen dipijat rasanya, Bapak bisa bantu pijitin nggak? godaku sambil mengurutngurut pahaku.
Tanpa diminta lagi dia segera bangkit berdiri dan pindah ke sebelahku, waktu berdiri kuperhatikan ia melihat putingku yang menonjol dari balik kausku, juga kulihat penisnya ngaceng berat membuatku tidak sabar mengenggam benda itu.

Mari Dik, kesinikan kakinya biar Bapak pijat
Aku lalu mengubah posisi dudukku menjadi menyamping dan menjulurkan kakiku ke arahnya. Dia mulai mengurut paha hingga betisku. Uuuhh.. pijatannya benarbenar enak, telapak tangannya yang kasar itu membelai pahaku yang putih mulus hingga membangkitkan birahiku. Akupun mendesahdesah sambil menggigit bibir bawahku.
Pijatan Bapak enak ya Dik? tanyanya.
Iya Pak, terus dong.. enak nih.. emmhh! aku terus mendesah membangkitkan nafsu Pak Vito, desahanku kadang kusertai dengan geliat tubuh.
Dia semakin berani mengelus paha dalamku, bahkan menyentuh pangkal pahaku dan meremasnya.
Enngghh.. Pak! desahku lebih kuat lagi ketika kurasakan jarijarinya mengelusi bagian itu.

Tubuhku makin menggelinjang sehingga nafsu Pak Vito pun semakin naik dan tidak terbendung lagi. Celana sportku diperosotkannya beserta celana dalamku.
Aaww.. ! aku berlagak kaget sambil menutupi kemaluanku dengan telapak tanganku.
Melihat reaksiku yang malumalu kucing ini dia makin gemas saja, ditariknya celanaku yang sudah tertarik hingga lutut itu lalu dilemparnya ke belakang, tanganku yang menutupi kemaluan juga dibukanya sehingga kemaluanku yang berambut lebat itu tampak olehnya, klitorisku yang merah merekah dan sudah becek siap dimasuki. Pak Vito tertegun beberapa saat memandangiku yang sudah bugil bagian bawahnya itu.
Kamu memang sempurna Dik Citra, dari dulu Bapak sering membayangkan ngentotin kamu, akhirnya hari ini kesampaian juga, rayunya

Dia mulai melepas kemejanya sehingga aku dapat melihat perutnya yang berlemak dan dadanya yang berbulu itu. Lalu dia membuka sabuk dan celananya sehingga benda dibaliknya kini dapat mengacung dengan gagah dan tegak. Aku menatap takjub pada organ tubuh itu, begitu besar dan berurat aku sudah tidak sabar lagi menggenggam dan mengulumnya. Pak Vito begitu membuka pahaku lalu membenamkan kepalanya di situ sehingga selangkanganku tepat menghadap ke mukanya.
Hhmm.. wangi, pasti Adik rajin merawat diri yah godanya waktu menghirup kemaluanku yang kurawat dengan apik dengan sabun pembersih wanita.
Sesaat kemudian kurasakan benda yang lunak dan basah menggelitik vaginaku, oohh.. lidahnya menjilati klitorisku, terkadang menyeruak ke dalam menjilati dinding kemaluanku. Lidah tebal dan kumisnya itu terasa menggelitik bagiku, aku benarbenar merasa geli di sana sehingga mendesah tak tertahan sambil meremasi rambutnya. Kedua tangannya menyusup ke bawah bajuku dan mulai meremas buah dadaku, jarijarinya yang besar bermain dengan liar disana, memencet putingku dan memelintirnya hingga benda itu terasa makin mengeras.

Pak.. oohh.. saya juga mau.. Pak! desahku tak tahan lagi ingin mengulum penis itu.
Kalau begitu Bapak di bawah saja ya Dik katanya sambil mengatur posisi kami sedemikian rupa menjadi gaya 69.
Aku naik ke wajahnya dan membungkukkan tubuhku, kuraih benda kesukaanku itu, dalam genggamanku kukocok perlahan sambil menjilatinya. Kugerakkan lidahku menelusuri pelosok batang itu, buah pelirnya kuemut sejenak, lalu jilatanku naik lagi ke ujungnya dimana aku mulai membuka mulut siap menelannya. Oohh.. batang itu begitu gemuk dan berdiameter lebar persis seperti tubuh pemiliknya, sehingga akupun harus membuka mulutku selebarlebarnya agar bisa mamasukkannya.

Aku mulai mengisapnya dan memijati buah pelirnya dengan tanganku. Pak Vito mendesahdesah enak menikmati permainanku, sementara aku juga merasa geli di bawah sana, kurasakan ada gerakan memutarmutar di dalam liang vaginaku oleh jarinya, jarijari lain dari tangan yang sama mengeluselus klitoris dan bibir vaginaku, bukan itu saja, lidahnya juga turut menjilati baik anus maupun vaginaku. Sungguh suatu sensasi yang hebat sekali sampai pinggulku turut bergoyang menikmatinya, juga semakin bersemangat mengulum penisnya. Selama 10 menitan kami menikmatinya sampai ada sedikit terganggu oleh berbunyinya HP Pak Vito. Aku lepaskan penisnya dari mulutku dan menatap padanya.

Pak Vito menyuruhku mengambil HPnya di atas meja ruang tamu, lalu dia berkata, Ayo Dik, terusin dong karaokenya, biar Bapak ngomong dulu di telepon.
Aku pun tanpa raguragu menelan kembali penisnya. Dia bicara di HP sambil penisnya dikulum olehku, tidak tau deh bicara dengan siapa, emang gua pikirin, yang pasti aku harus berusaha tidak mengeluarkan suarasuara aneh. Tangan satunya yang tidak memegang HP terus bekerja di selangkanganku, kadang mencucukcucukkannya ke vagina dan anusku, kadang meremas bongkahan pantatku. Tibatiba dia menggeram sambil menepuknepuk pantatku, sepertinya menyuruhku berhenti, tapi karena sudah tanggung aku malahan makin hebat mengocok dan mengisap penis itu sampai dia susah payah menahan geraman nikmatnya karena masih harus terus melayani pembicaraan. Akhirnya muncratlah cairan putih itu di mulutku yang langsung saya minum seperti kehausan, cairan yang menempel di penisnya juga saya jilati sampai tak bersisa.

Nggak kok.. tidak apaapa.. cuma tenggorokkan saya ada masalah dikit katanya di HP.
Tak lama kemudian dia pun menutup HP nya, lalu bangkit duduk dan menaikkanku ke pangkuannya, tangan kirinya dipakai menopang tubuhku.
Wah.. Dik Citra ini bandel juga ya, tadi kan Bapak udah suruh stop dulu, ee.. malah dibikin keluar lagi, untung nggak curiga tuh orang katanya sambil mencubit putingku.
Hehehe.. sori deh Pak, kan tadi tanggung makannya saya terusin aja, tapi Bapak seneng kan kataku dengan tersenyum nakal.
Hmm.. kalo gitu awas ya sekarang Bapak balas bikin kamu keluar nih seringainya.
Lalu dengan sigap tangannya bergerak menyelinap diantara kedua pangkal pahaku. Jari tengah dan telunjuknya menyeruak dan mengorekngorek vaginaku, aku meringis ketika merasakan jarijari itu bergerak semakin cepat mempermainkan nafsuku.

Pak Vito menurunkan kaos tanpa lenganku dari bahu dan meloloskannya lewat lengan kananku, sehingga kini payudara kananku yang putih montok itu tersembul keluar. Dengan penuh nafsu langsung dia lumat benda itu dengan mulutnya. Aku menjerit kecil waktu dia menggigit putingku dan juga mengisapnya kuatkuat, bulatan mungil itu serasa makin menegang saja. Dia membuka mulutnya lebarlebar berusaha memasukkan seluruh payudaraku ke mulutnya, di dalam mulutnya payudaraku disedot, dikulum, dan dijilat, rasanya seperti mau dimakan saja milikku itu. Sementara selangkanganku makin basah oleh permainan jarinya, jarijari itu menusuk makin cepat dan dalam saja. Hingga suatu saat birahiku terasa sudah di puncak, mengucurlah cairan cintaku dengan deras. Aku mengatupkan pahaku menahan rasa geli di bawahku sehingga tangannya terhimpit diantara kedua paha mulusku.

Setelah dia cabut tangannya dari kemaluanku, nampak jarijarinya sudah belepotan oleh cairan bening yang kukeluarkan. Dia jilati cairanku dijarinya itu, aku juga ikutan menjilati jarinya merasakan cairan cintaku sendiri. Kemudian dia cucukkan lagi tangannya ke kemaluanku, kali ini dia mengelusngelus daerah itu seperti sedang mengelapnya. Telapak tangannya yang penuh sisasisa cairan itu dibalurinya pada payudaraku.
Sayang kalo dibuang, kan mubazir ucapnya.
Kembali lidahnya menjilati payudaraku yang sudah basah itu, sedangkan aku menjilati cairan pada tangannya yang disodorkan padaku. Tanganku yang satu merabaraba ke bawah dan meraih penisnya, terasa olehku batang itu kini sudah mengeras lagi, siap memulai aksi berikutnya.

Enggh.. masukin aja Pak, udah kepingin nih.
Dia membalik tubuhku, tepat berhadapan dengannya, tangan kananya memegangi penisnya untuk diarahkan ke vaginaku. Aku membukakan kedua bibir vaginaku menyambut masuknya benda itu. Setelah kurasakan pas aku mulai menurunkan tubuhku, secara perlahan tapi pasti penis itu mulai terbenam dalam kemaluanku. Goyanganku yang liar membuat Pak Vito mendesahdesah keenakan, untung dia tidak ada penyakit jantung, kalau iya pasti sudah kumat. Kaosku yang masih menyangkut di bahu sebelah kiri diturunkannya sehingga kaos itu menggantung di perutku dan payudara kiriku tersingkap. Nampak sekali bedanya antara yang kiri yang masih bersih dengan bagian kanan yang daritadi menjadi bulanbulanannya sehingga sudah basah dan memerah bekas cupangan.

Kedua tangannya meremasremas kedua payudaraku, ketika melumatnya terkadang kumisnya yang kasar itu menggesek putingku menimbulkan sensasi geli yang nikmat. Lidahnya bergerak naik ke leherku dan mencupanginya sementara tangannya tetap memainkan payudaraku. Birahiku sudah benarbenar tinggi, nafasku juga sudah makin tak teratur, dia begitu lihai dalam bercinta, kurasa bukan pertama kalinya dia berselingkuh seperti ini. Aku merasa tidak dapat bertahan lebih lama lagi, frekuensi goyanganku kutambah, lalu aku mencium bibirnya. Tubuh kami terus berpacu sambil bermain lidah dengan liarnya sampai ludah kami menetesnetes di sekitar mulut, eranganku teredam oleh ciumannya. Mengetahui aku sudah mau keluar, dia menekannekan bahuku ke bawah sehingga penisnya menghujam makin dalam dan vaginaku makin terasa sesak. Tubuhku bergetar hebat dan jeritanku tak tertahankan lagi terdengar dari mulutku, perasaan itu berlangsung selama beberapa saat sampai akhirnya aku terkulai lemas dalam pelukannya.

Dia menurunkanku dari pangkuannya, penisnya terlihat berkilauan karena basah oleh cairan cinta. Dibaringkannya tubuhku yang sudah lemas itu di sofa, lalu dia sodorkan gelas yang berisi teh itu padaku. Setelah minum beberapa teguk, aku merasa sedikit lebih segar, paling tidak pada tenggorokanku karena sudah kering waktu mendesah dan menjerit. Kaosku yang masih menggantung di perut dia lepaskan, sehingga kini aku bugil total. Sebelum tenagaku benarbenar pulih, Pak Vito sudah menindih tubuhku, aku hanya bisa pasrah saja ditindih tubuh gemuknya. Dengan lembut dia mengecup keningku, dari sana kecupannya turun ke pipi, hingga berhenti di bibir, mulut kami kembali saling berpagutan. Saat berciuman itulah, Pak Vito menempelkan penisnya pada vaginaku, lalu mendorongnya perlahan, dan aahh.. mataku yang terpejam menikmati ciuman tibatiba terbelakak waktu dia menghentakkan pinggulnya sehingga penis itu menusuk lebih dalam.

Kenikmatan ini pun berlanjut, aku sangat menikmati gesekangesekan pada dinding vaginaku. Buah dadaku saling bergesekan dengan dadanya yang sedikit berbulu, kedua paha rampingku kulingkarkan pada pinggangnya. Aku mendesah tak karuan sambil mengigiti jariku sendiri. Sementara pinggulnya dihentakhentakkan diatasku, mulutnya tak hentihentinya melumat atau menjilati bibirku, wajahku jadi basah bukan saja oleh keringat, tapi juga oleh liurnya. Telinga dan leherku pun tak luput dari jilatannya, lalu dia angkat lengan kananku ke atas dan dia selipkan kepalanya di situ. Aahh.. ternyata dia sapukan bibir dan lidahnya di ketiakku yang halus tak berbulu itu, kumis kasar itu menggelitikku sehingga desahanku bercampur dengan ketawa geli.

Uuuhh.. Pak.. aakkhh.. ! aku kembali mencapai orgasme.
Vaginaku terasa semakin banjir, namun tak ada tandatanda dia akan segera keluar, dia terlihat sangat menikmati mimik wajahku yang sedang orgasme. Suara kecipak cairan terdengar jelas setiap kali dia menghujamkan penisnya, cairanku sudah meleleh kemanamana sampai membasahi sofa, untung sofanya dari bahan kulit, jadi mudah untuk membersihkan dan menghilangkan bekasnya. Tanpa melepas penisnya, Pak Vito bangkit berlutut di antara kedua pahaku dan menaikkan kedua betisku ke pundaknya. Tanpa memberiku istirahat dia meneruskan mengocok kemaluanku, aku sudah tidak kuat lagi mengerang karena leherku terasa pegal, aku cuma bisa mengapmengap seperti ikan di luar air.

Bapak udah mau.. Dik.. Citra.. ! desahnya dengan mempercepat kocokkannya.
Di luar.. Pak.. aku ahh.. uuhh.. lagi subur aku berusaha ngomong walau suaraku sudah putusputus.
Tak lama kemudian dia cabut penisnya dan menurunkan kakiku. Dia naik ke wajahku, lalu dia tempelkan penisnya yang masih tegak dan basah di bibirku. Akupun memulai tugasku, kukulum dan kukocok dengan gencar sampai dia mengerang keras dan menjambak rambutku. Maninya menyemprot deras membasahi wajahku, aku membuka mulutku menerima semprotannya. Setelah semprotannya mereda pun aku masih mengocok dan mengisap penisnya seolah tidak membiarkan setetespun tersisa. Batang itu kujilati hingga bersih, benda itu mulai menyusut pelanpelan di mulutku. Kami berpelukan dengan tubuh lemas merenungi apa yang baru saja terjadi.

Sofa tempat aku berbaring tadi basah oleh keringat dan cairan cintaku yang menetes disana. Masih dalam keadaan bugil, aku berjalan sempoyongan ke dapur mengambil kain lap dan segelas air putih. Waktu aku kembali ke ruang tamu, Pak Vito sedang mengancingkan lagi bajunya, lalu meneguk air yang tersisa di gelasnya.
Wah Dik Citra ini benarbenar hebat ya, istriistri Bapak sekarang udah nggak sekuat Adik lagi padahal mereka sering melayani Bapak berdua sekaligus pujinya yang hanya kutanggapi dengan senyum manis.

Setelah berpakaian lagi, aku mengantarnya lagi ke pintu depan. Sebelum keluar dari pagar dia melihat kiri kanan dulu, setelah yakin tidak ada siapasiapa dia menepuk pantatku dan berpamitan.
Lain kali kalo ada kesempatan kita main lagi yah Dik
Dasar bandot, belum cukup punya istri dua, masih ngembat anak orang kataku dalam hati.

Akhirnya aku pun mandi membersihkan tubuhku dari sperma, keringat, dan liur. Siraman air menyegarkan kembali tubuhku setelah seharian penuh berolahraga dan berolahsyahwat. Beberapa menit sesudah aku selesai mandi, ibuku pun pulang. Beliau bilang wangi ruang tamunya enak sehingga kepenatannya agak berkurang, aku senyumsenyum saja karena ruang itu terutama sekitar medan laga kami tadi telah kusemprot pengharum ruangan untuk menutupi aroma bekas persenggamaan tadi.

CeritaDewasa -  Kembali bertemu Nana (bukan nama sebenarnya). Ia kini sudah berkeluarga dan sejak menikah tinggal di Palembang.Untuk suatu urusan keluarga, ia bersama anaknya yang masih berusia 6 tahun pulang ke Yogya tanpa disertai suaminya.Nana masih seperti dulu, kulitnya yang putih, bibirnya yang merah merekah, rambutnya yang lebat tumbuh terjaga selalu di atas bahu.

Meski rambutnya agak kemerahan namun karena kulitnya yang putih bersih, selalu saja menarikdipandang, apalagi kalau berada dalam pelukan dan dieluselus.Perjumpaan di Yogya ini mengingatkan peristiwa sepuluh tahun lalu ketika ia masih kuliah di sebuah perguruan tinggi ternama di Yogya.Selama kuliah, ia tinggal di rumah bude, kakak ibunya yang juga kakak ibuku. Rumahku dan rumah bude agak jauh dan waktu itu kami jarang ketemu Nana.

Aku mengenalnya sejak kanakkanak. Ia memang gadis yang lincah, terbuka dan tergolong berotak encer. Setahun setelah aku menikah, isteriku melahirkan anak kami yang pertama.

Hubungan kami rukun dan saling mencintai. Kami tinggal di rumah sendiri, agak di luar kota. Sewaktu melahirkan, isteriku mengalami pendarahan hebat dan harus dirawat di rumah sakit lebih lama ketimbang anak kami.

Sungguh repot harus merawat bayi di rumah. Karena itu, ibu mertua, ibuku sendiri, tante (ibunya Nana) serta Nana dengan suka rela bergiliran membantu kerepotan kami.

Semua berlalu selamat sampai isteriku diperbolehkan pulang dan langsung bisa merawat dan menyusui anak kami.

Harihari berikutnya, Nana masih sering datang menengok anak kami yang katanya cantik dan lucu. Bahkan, heran kenapa, bayi kami sangat lekat dengan Nana.

Kalau sedang rewel, menangis, merontaronta kalau digendong Nana menjadi diam dan tertidur dalam pangkuan atau gendongan Nana.

Sepulang kuliah, kalau ada waktu, Nana selalu mampir dan membantu isteriku merawat si kecil. Lamalama Nana sering tinggal di rumah kami. Isteriku sangat senang atas bantuan Nana.

Tampaknya Nana tulus dan ikhlas membantu kami. Apalagi aku harus kerja sepenuh hari dan sering pulang malam. Bertambah besar, bayi kami berkurang nakalnya.

Nana mulai tidak banyak mampirke rumah. Isteriku juga semakin sehat dan bisa mengurus seluruh keperluannya. Namun suatu malam ketika aku masih asyik menyelesaikan pekerjaan di kantor, Nana tibatiba muncul.

Ada apa Na, malammalam begini.
Mas Danu, tinggal sendiri di kantor?

Ya, Dari mana kamu?
Sengaja kemari.

Nana mendekat ke arahku. Berdiri di samping kursi kerja. Nana terlihat mengenakan rok dan Tshirt warna kesukaannya, pink. Tercium olehku bau parfum khas remaja.

Ada apa, Nana?
Mas.. aku pengin seperti Mbak Tari.

Pengin? Pengin apanya? Nana tidak menjawab tetapi malah melangkah kakinya yang putih mulus hingga berdiri persis di depanku. Dalam sekejap ia sudah duduk di pangkuanku.

Nana, apaapaan kamu ini.. Tanpa menungguku selesai bicara, Nana sudah menyambarkan bibirnya di bibirku dan menyedotnya kuatkuat.

Bibir yang selama ini hanya dapat kupandangi dan bayangkan, kini benarbenar mendarat keras. Kulumanya penuh nafsu dan nafas halusnya menyeruak.

Lidahnya dipermainkan cepat dan menari lincah dalam rongga mulutku. Ia mencari lidahku dan menyedotnya kuatkuat. Aku berusaha melepaskannya namun sandaran kursi menghalangi.

Lebih dari itu, terus terang ada rasa nikmat setelah berbulanbulan tidak berhubungan intim dengan isteriku. Nana merenggangkan pagutannya dan katanya, Mas, aku selalu ketagihan Mas.

Aku suka berhubungan dengan lakilaki, bahkan beberapa dosen telah kuajak beginian. Tidak bercumbu beberapa hari saja rasanya badan panas dingin. Aku belum pernah menemukan lakilaki yang pas.

Kuangkat tubuh Nana dan kududukkan di atas kertas yang masih berserakan di atas meja kerja. Aku bangkit dari duduk dan melangkah ke arah pintu ruang kerjaku. Aku mengunci dan menutup kelambu ruangan.

Na.. Kuakui, aku pun kelaparan. Sudah empat bulan tidak bercumbu dengan Tari.
Jadikan aku Mbak Tari, Mas. Ayo, kata Nana sambil turun dari meja dan menyongsong langkahku.

Ia memelukku kuatkuat sehingga dadanya yang empuk sepenuhnya menempel di dadaku. Terasa pula penisku yang telah mengeras berbenturan dengan perut bawah pusarnya yang lembut.

Nana merapatkan pula perutnya ke arah kemaluanku yang masih terbungkus celana tebal. Nana kembali menyambar leherku dengan kuluman bibirnnya yang merekah bak bibir artis terkenal.

Aliran listrik seakan menjalar ke seluruh tubuh. Aku semula ragu menyambut keliaran Nana. Namun ketika kenikmatan tibatiba menjalar ke seluruh tubuh, menjadi mubazir belaka melepas kesempatanini.

Kamu amat bergairah, Nana.. bisikku lirih di telinganya.
Hmm.. iya.. Sayang.. balasnya lirih sembari mendesah.

Aku sebenarnya menginginkan Mas sejak lama.. ukh.. serunya sembari menelan ludahnya.
Ayo, Mas.. teruskan..

Ya Sayang. Apa yang kamu inginkan dari Mas?

Semuanya, kata Nana sembari tangannya menjelajah dan mengelus batang kemaluanku. Bibirnya terus menyapu permukaan kulitku di leher, dada dan tengkuk.

Perlahan kusingkap TShirt yang dikenakannya. Kutarik perlahan ke arah atas dan serta merta tangan Nana telah diangkat tanda meminta TShirt langsung dibuka saja.

Kaos itu kulempar ke atas meja. Kedua jemariku langsung memeluknya kuatkuat hingga badan Nana lekat ke dadaku. Kedua bukitnya menempel kembali, terasa hangat dan lembut.

Jemariku mencari kancing BH yang terletak di punggungnya. Kulepas perlahan, talinya, kuturunkan melalui tangannya. BH itu akhirnya jatuh ke lantai dan kini ujung payudaranya menempel lekat ke arahku.

Aku melorot perlahan ke arah dadanya dan kujilati penuh gairah. Permukaan dan tepi putingnya terasa sedikit asin oleh keringat Nana, namun menambah nikmat aroma gadis muda.

Tangan Nana mengusapusap rambutku dan menggiring kepalaku agar mulutku segera menyedot putingnya. Sedot kuatkuat Mas, sedoott.. bisiknya.

Aku memenuhi permintaannya dan Nana tak kuasa menahan kedua kakinya. Ia seakan lemas dan menjatuhkan badan ke lantai berkarpet tebal. Ruang berAC itu terasa makin hangat.

Mas lepas.. katanya sambil telentang di lantai. Nana meminta aku melepas pakaian. Nana sendiri pun melepas rok dan celana dalamnya. Aku pun berbuat demikian namun masih kusisakan celana dalam.Nana melihat dengan pandangan mata sayu seperti tak sabar menunggu. Segera aku menyusulnya, tiduran di lantai. Kudekap tubuhnya dari arah samping sembari kugosokkan telapak tanganku ke arah putingnya.Nana melenguh sedikit kemudian sedikit memiringkan tubuhnya ke arahku. Sengaja ia segera mengarahkan putingnya ke mulutku.

Mas sedot Mas.. teruskan, enak sekali Mas.. enak.. Kupenuhi permintaannya sembari kupijatpijat pantatnya.

Tanganku mulai nakal mencari selangkangan Nana. Rambutnya tidak terlalu tebal namun datarannya cukup mantap untuk mendaratkan pesawat cocorde milikku.

Kumainkan jemariku di sana dan Nana tampak sedikit tersentak. Ukh.. khmem.. hss.. terus.. terus, lenguhnya tak jelas.

Sementara sedotan di putingnya kugencarkan, jemari tanganku bagaikan memetik dawai gitar di pusat kenikmatannya.

Terasa jemari kanan tengahku telah mencapai gumpalan kecil daging di dinding atas depan vaginanya, ujungnya kurabaraba lembut berirama.

Lidahku memainkan puting sembari sesekali menyedot dan menghembusnya. Jemariku memilin klitoris Nana dengan teknik petik melodi.

Nana menggelinjanggelinjang, melenguhlenguh penuh nikmat. Mas.. Mas.. ampun.. terus, ampun.. terus ukhh.. Sebentar kemudian Nana lemas.

Namun itu tidak berlangsung lama karena Nana kembali bernafsu dan berbalik mengambil inisitif. Tangannya mencaricari arah kejantananku.

Kudekatkan agar gampang dijangkau, dengan serta merta Nana menarik celana dalamku. Bersamaan dengan itu melesat keluar pusaka kesayangan Tari.

Akibatnya, memukul ke arah wajah Nana. Uh.. Mas.. apaan ini, kata Nana kaget. Tanpa menunggu jawabanku, tangan Nana langsung meraihnya. Kedua telapak tangannya menggenggam dan mengelus penisku.

Mas.. ini asli?
Asli, 100 persen, jawabku.

Nana gelenggeleng kepala. Lalu lidahnya menyambar cepat ke arah permukaan penisku yang berdiameter 6 cm dan panjang 19 cm itu, sedikit agak bengkok ke kanan.

Di bagian samping kanan terlihat menonjol aliran otot keras. Bagian bawah kepalanya, masih tersisa sedikit kulit yang menggelambir.

Otot dan gelambiran kulit itulah yang membuat perempuan bertambah nikmat merasakan tusukan senjata andalanku.

Mas, belum pernah aku melihat penis sebesar dan sepanjang ini.
Sekarang kamu melihatnya, memegangnya dan menikmatinya.

Alangkah bahagianya MBak Tari.
Makanya kamu pengin seperti dia, kan?

Nana langsung menarik penisku. Mas, aku ingin cepat menikmatinya. Masukkan, cepat masukkan.

Nana menelentangkan tubuhnya. Pahanya direntangkannya. Terlihat betapa mulus putih dan bersih.

Diantara bulu halus di selangkangannya, terlihat lubang vagina yang mungil. Aku telah berada di antara pahanya. Exocetku telah siap meluncur. Nana memandangiku penuh harap.

Cepat Mas, cepat..
Sabar Nana. Kamu harus benarbenar terangsang, Sayang..

Namun tampaknya Nana tak sabar. Belum pernah kulihat perempuan sekasar Nana. Dia tak ingin dicumbui dulu sebelum dirasuki penis pasangannya.

Cepat Mas.. ajaknya lagi. Kupenuhi permintaannya, kutempelkan ujung penisku di permukaan lubang vaginanya, kutekan perlahan tapi sungguh amat sulit masuk, kuangkat kembali namun Nana justru mendorongkan pantatku dengan kedua belah tangannya.

Pantatnya sendiri didorong ke arah atas. Tak terhindarkan, batang penisku bagai membentur dinding tebal. Namun Nana tampaknya ingin main kasar.

Aku pun, meski belum terangsang benar, kumasukkan penisku sekuat dan sekencangnya.

Meski perlahan dapat memasukirongga vaginanya, namun terasa sangat sesak, seret, panas, perih dan sulit. Nana tidak gentar, malah menyongsongnya penuh gairah.

Jangan paksakan, Sayang.. pintaku.

Terus. Paksa, siksa aku. Siksa.. tusuk aku. Keras.. keras jangan takut Mas, terus.. Dan aku tak bisa menghindar.

Kulesakkan keras hingga separuh penisku telah masuk. Nana menjerit, Aouwww.. sedikit lagi..

Dan aku menekannya kuatkuat. Bersamaan dengan itu terasa ada yang mengalir dari dalam vagina Nana, meleleh keluar. Aku melirik, darah.. darah segar. Nana diam.

Nafasnya terengahengah. Matanya memejam. Aku menahan penisku tetap menancap. Tidak turun, tidak juga naik. Untuk mengurangi ketegangannya, kucari ujung puting Nana dengan mulutku.

Meski agak membungkuk, aku dapat mencapainya. Nana sedikit berkurang ketegangannya.

Beberapa saat kemudian ia memintaku memulai aktivitas. Kugerakkan penisku yang hanya separuh jalan, turun naik dan Nana mulai tampak menikmatinya.

Pergerakan konstan itu kupertahankan cukup lama. Makin lama tusukanku makin dalam.

Nana pasrah dan tidak sebuas tadi. Ia menikmati irama keluar masuk di liang kemaluannya yang mulai basah dan mengalirkan cairan pelicin.

Nana mulai bangkit gairahnya menggelinjang dan melenguh dan pada akhirnya menjerit lirih, Uuuhh.. Mas.. uhh.. enaakk.. enaakk.. Terus.. aduh.. ya ampun enaknya..

Nana melemas dan terkulai. Kucabut penisku yang masih keras, kubersihkan dengan bajuku. Aku duduk di samping Nana yang terkulai.

Nana, kenapa kamu?
Lemas, Mas. Kamu amat perkasa.

Kamu juga liar.

Nana memang sering berhubungan dengan lakilaki. Namun belum ada yang berhasil menembus keperawanannya karena selaput daranya amat tebal.

Namun perkiraanku, para lelaki akan takluk oleh garangnya Nana mengajak senggama tanpa pemanasan yang cukup. Gila memang anak itu, cepat panas.

Sejak kejadian itu, Nana selalu ingin mengulanginya. Namun aku selalu menghindar. Hanya sekali peristiwa itu kami ulangi di sebuah hotel sepanjang hari.

Nana waktu itu kesetanan dan kuladeni kemauannya dengan segala gaya. Nana mengaku puas.

Setelah lulus, Nana menikah dan tinggal di Palembang. Sejak itu tidak ada kabarnya. Dan, ketika pulang ke Yogya bersama anaknya, aku berjumpa di rumah bude.
Mas Danu, mau nyoba lagi? bisiknya lirih.

Aku hanya mengangguk.
Masih gede juga? tanyanya menggoda.

Ya, tambah gede dong.
Dan malamnya, aku menyambangi di hotel tempatnya menginap. Pertarungan pun kembali terjadi dalam posisi samasama telah matang.

Mas Danu, Mbak Tari sudah bisa dipakai belum? tanyanya.
Belum, dokter melarangnya, kataku berbohong.

Dan, Nana pun malam itu mencoba melayaniku hingga kami samasama terpuaskan.